Ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu
dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi
karena adanya kelompok-kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan
yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi
yang memungkinkan ia ada. Dan teori
paling muktahir melihat kepemimpinan lewat prilaku organisasi. Kepemimpinan
adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja
sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Agus dharma juga mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang pada saat ia mempengaruhi orang lain.[1]
Assalamu'alaikum wr wb....
ANDA MAHASISWA??? BUTUH BIAYA UNTUK KULIAH?..BUTUH UANG UNTUK
JAJAN??
SEBUAH
INFO UNTUK KESUKSESAN ANDA, ada
di SINI : ...ADA PERMASALAHAN DALAM EKONOMI ANDA???.. ATAU SEKEDAR BUTUH
TAMBAHAN PENGHASILAN??..butuh modal untuk usaha anda??? DI SINI SOLUSINYA... Klik:"UBAH
HIDUP KITA"
ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala benar-benar memuliakan orang-orang yang
bersedekah. Ia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi
orang-orang yang gemar bersedekah. Sungguh keajaiban sedekah ini memiliki
keutamaan yang besar. MAKA KAMI MENYEDIAKAN SISTEM UNTUK ANDA DI SINI...KESEMPATAN
EMAS BUAT MERUBAH EKONOMI KITA MENJADI LEBIH BAIK ...hanya di SEDEKAH MERUBAH HIDUP KITA
Allah berfirman:
إِنَّ
الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً
يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun
perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan
bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid, Ayat: 18)..
Rp. 50.000,- dan pasti Allah akan melipat gandakannya...BURUAN DAFTAR...!!!!! Berapa hari uang sebesar RP.50.000,- akan bertahan dalam saku
anda???...
Maka buatlah berlipat GANDA dengan bergabung di http://buzurl.com/op05
Banyak
keutamaan ini seakan-akan seluruh kebaikan terkumpul dalam satu amalan ini,
yaitu sedekah. Maka, sungguh mengherankan bagi orang-orang yang mengetahui
dalil tersebut dan ia tidak terpanggil hatinya serta tidak tergerak tangannya
untuk banyak bersedekah. Semoga kita senantiasa diberi nikmat dan kesadaran
untuk bersedekah.
Wassalamu'alaikum wr wb.....
B. Rumusan
Masalah
Di
dalam makalah ini penulis hanya akan membahas gaya kepemimpinan yang sudah
tertera secara spesifik akan dibahas yang terdapat di dalam silabus mata kuliah
kepemimpinan pendidikan, diantaranya:
1.
Apa yang
dimaksud dengan gaya kepemimpinan kontinum?
2.
Apa yang
dimaksud dengan gaya kepemimpinan grid?
3.
Apa yang
dimaksud dengan gaya kepemimpinan tiga dimensi?
4.
Apa yang
dimaksud dengan gaya kepemimpinan situasional?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Dari
rumusan di atas dapat disusun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan kontinum.
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan grid.
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan tiga dimensi.
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan situasional.
D. Manfaat
Penulisan Makalah
Penulisan
makalah ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya bagi penulis, hal ini sebagai
bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah. Bagi mahasiswa pascasarjana UNISNU,
makalah ini ditujukan sebagai referensi studi terhadap berbagai tipe gaya kepemimpinan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Gaya
Kepemimpinan Kontinum
Perilaku
atau gaya kepemimpinan menurut Tannenbaum dan Schmidt memiliki tiga faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam merealisasikan kepemimpinan yang efektif.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut[2]:
1. Kekuatan
pemimpin, yang dimaksud adalah kondisi diri seorang pemimpin yang mendukung
dalam melaksanakan kepemimpinannya, seperti latar belakang pendidikan, pribadi,
pengalaman dan nilai-nilai dalam pandangan hidup yang dihayati dan diamalkannya
(dipedomani dalam berfikir, merasakan, bersikap dan berperilaku).
2. Kekuatan
anggota organisasi sebagai bawahan, yang dimaksud adalah kondisi diri pada
umumnya yang mendukung pelaksanaan kepemimpinan seorang pemimpin sebagai
atasan, seperti pendidikan/ pengetahuan, pengalaman, motivasi kerja/
berprestasi, dan tanggung jawab dalam bekerja.
3. Kekuatan
situasi, yang dimaksud adalah situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan
anggota organisasi sebagai bawahan, seperti suasana atau iklim kerja, suasana
organisasi secara keseluruhan termasuk budaya organisasi dan tekanan waktu
dalam bekerja.
Berdasarkan ketiga kekuatan tersebut, Tannenbaum dan
Schmidt mengembangkan model kontinum perilaku
atau gaya kepemimpinan berupa suatu garis yang diawali dari titik yang
menunjukkan perilaku yang terpusat pada pemimpin dan diakhiri pada titik yang
menunjukkan perilaku yang terpusat pada bawahan. Perilaku tersebut berpengaruh
pada pengambilan keputusan dalam kepemimpinan.
Dalam perilaku ini terdapat tujuh perilaku atau gaya
kepemimpinan yang dilakukan dalam bentuk pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:[3]
1.
Pemimpin sebagai
pengambil keputusan, yang berarti berperan aktif dalam mengelola dan
mengendalikan anggota/ organisasi.
2.
Pemimpin menjual
(menawarkan) keputusan, dalam arti pemimpin berperan membuat alternatif
keputusan yang ditawarkan pada anggota organisasi untuk dipilih tanpa diubah,
3.
Pemimpin menyampaikan
gagasan dan meminta anggota organisasi menyampaikan pernyataan-pernyataan atau
membahasnya sebelum ditetapkan menjadi keputusan,
4.
Pemimpin
menawarkan keputusan yang boleh didiskusikan dan dapat diubah sebelum
ditetapkan, \
5.
Pemimpin
menyampaikan masalah, menerima saran, dan membuat keputusan,
6.
Pemimpin
menyerahkan pembuatan keputusan kepada kelompok, dengan didahului memberikan
batas-batas yang tidak boleh dilampaui, dan
7.
Pimpinan
mempercayakan pada anggota organisasi sebagai bawahan untuk menjalankan
fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang ditetapkan pimpinan sebagai atasan.
B. Gaya
Kepemimpinan Grid
Blake
dan Mounton di dalam Fred Luthans mengetengahkan suatu usaha untuk
mengidentifikasi gaya atau perilaku kepemimpinan yang efektif di dalam managemen
yang disebut dengan managerial Grid. Pendekatan ini berdasarkan perilaku
kepemimpinan yang memiliki dua dimensi. Dimensi yang mengutamakan produktifitas
(concern for production) ditempatkan pada sumbu horisontal, dan dimensi yang
mengutamakan karyawan (concern for people) yang ditempatkan pada sumbu
vertikal. Tinggi rendahnya dua dimensi itu tadi dinyatakan dengan angka 1 sampai
dengan angka 9. Angka satu menunjukkan perhatian minimum, angka lima
menunjukkan tingkat perhatian medium, dan angka sembilan menunnjukkan perhatian
maksimum. Menurut teori ini dimensi perhatian terhadap produk dan dimensi perhatian
terhadap karyawan, dapat dikombinasikaiin menjadi 8 kemungkinan perilaku atau
gaya kepemimpinan. Namun teori ini memberikan penekanan dengan dibatasi dengan
lima perilaku atau gaya kepemimpinan saja. Empat gaya terletak di sudut dan
satu macam gaya terletak di tengah manajerial grid, berikut ini gambar diagram
grid-nya.[4]
Keterangan:
1) Pada
grid 1.1 gaya kepemimpinan menunjukkan bahwa pemimpin sangat sedikit memikirkan
karyawan dan produksi yang dihasilkan oleh organisasinya.
2) Pada
grid 9.9 gaya kepemimpinan ditandai dengan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam
memikirkan anggotanya dan mewujudkan produktifitas organisasi yang tinggi
3) Pada
grid 1.9 gaya kepemimpinan menunjukkan tanggung jawab yang tinggi terhadap anggota
organisasi tetapi rendah dalam memikirkan produktifitasnya.
4) Pada
grid 9.1 gaya kepemimpinan ditampilkan dengan memberikan perhatian yang besar
pada produktifitas, tetapi kurang dalam memperhatikan anggota organisasi.
5) Pada
grid 5.5 gaya kepemimpinan berada di tengah-tengah, yang berarti pemimpin
memikirkan secara berimbang secara medium baik sisi produktifitas maupun
perhatian kepada anggota organisasinya.
C.
Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi.
Menurut
Reddin (dalam hawari: 2003) menyatakan ada tiga pola dasar yang dapat
dipergunakan dalam menetapkan pola perilaku kepemimpinan, yaitu:
1. Berorientasi pada tugas (task orriented)
2. Berorientasi
pada hubungan (relationship orriented)
3. Berorientasi
pada effektifitas (effectiveness orriented)
Oleh karena tolok ukur yang umum
digunakan adalah kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif, maka berikut ini
akan dijelaskan pendapat Reddin yang mengembangkan ketiga orientasi
kepemimpinan menjadi delapan gaya kepemimpinan berdasarkan tolok ukur tersebut.[5]
1. Perilaku/
gaya kepemimpinan yang tidak efektif terdiri dari:
a.
Deserter
(pembelot), yang menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tidak ada rasa
keterlibatan dengan anggota dan organisasi, moral rendah, tindakannya sukar
diprediksi.
b.
Missionary
(pelindung dan penyelamat), yang menunjukkan perilaku kepemimpinan sebagai
penolong yang lemah dan menggampangkan masalah yang dihadapi.
c.
Autocrat
(otokrasi), yang menunjukkan perilaku kepemimpinan yang keras kepala dan bandel
karena merasa benar sendiri.
d.
Compromisser
(kompromis), menunjukkan perilaku kepemimpinan tidak tetap pendirian,
menunda-nunda dan bahkan tidak membuat
keputusan, berwawasan/ pandangan dangkal.
2. Gaya
kepemimpinan yang efektif terdiri dari:
a.
Bureaucrat (birokrat),
menunjukkan perilaku kepemimpinan patuh dan taat pada peraturan, memiliki
kemampuan berorganisasi (manusia organisasi), dan cenderung lugu.
b.
Developer atau
pembangun dalam memajukan dan mengembangkan organisasi, yang menunjukkan
perilaku kepemimpinan kreatif, melimpahkan wewenang, dan menaruh kepercayaan
yang tinggi pada anggota sebagai bawahan.
c.
Benevolent
autocrat (otokrasi yang lunak/ disempurnakan), menunjukkan perilaku kepemimpinan
dalam bekerja lancar dan tertib, ahli dalam pengorganisasian, dan memiliki rasa
keterlibatan diri dalam menggunakan kewenangan atau kekuasaan pemimpin.
d.
Executive
(eksekutif), menunjukkan perilaku bermutu tinggi, memiliki kemampuan memberikan
motivasi pada anggota organisasi sebagai bawahan dan berpandangan luas.
D. Gaya
Kepemimpinan Situasional
Setiap organisasi dalam
perjalanan sejarahnya tentu akan menemui situasi-situasi yang berbeda dari masa
kemasa, oleh karena itu organisasi dengan sistem kepemimpinan tunggal tidak
mungkin bisa merespon semua kondisi yang berubah tersebut secara
keseluruhan. Dengan kata lain, tidak
mungkin suatu organisasi hanya dipimpin dengan perilaku atau gaya kepemimpinan
tunggal untuk segala situasi terutama apabila organisasi tersebut terus
berkembang menjadi besar dengan jumlah anggota yang semakin bertambah.[6]
Respon atau reaksi yang timbul
berfokus pada pendapat bahwa dalam menghadapi situasi yang berbeda diperlukan
gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula, hal ini sering disebut dengan Teori
Kontingensi (Contingency Approach). Disamping itu karena perilaku
kepemimpinan harus sesuai dengan situasi yang dihadapi seorang pemimpin, maka teori
ini juga disebut dengan Teori Situasional (Situasional Approach).
1.
Kepemimpinan situasional dari Fiedler
Menurut
fiedler terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang dapat
mempengaruhi kepemimpinan untuk mengefektifkan organisasi. Ia mengatakan pula
bahwa terdapat tiga dimensi di dalam situasi yang dihadapi oleh pemimpin.
a.
Hubungan pemimpin-anggota (the leader-member
relationship)
Dimensi
ini merupakan variabel yang sangat penting dalam menentukan situasi yang
menguntungkan.
b.
Derajat dari susunan tugas (the degree of task
structure)
Dimensi
ini merupakan variabel ke dua yang sangat penting dalam menentukan situasi yang
menguntungkan.
c.
Posisi kekuasaan pemimpin (the leader’s position
power)
Dimensi
ini yang diperoleh melalui kewenangan formal merupakan variabel yang sangat
penting ketiga dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
Situasi
yang menguntungkan dalam menjalankan kepemimpinan adalah hubungan baik antara
pimpinan dengan bawahan dalam arti pemimpin dapat diterima oleh orang-orang
yang dipimpinnya atau sebaliknya. Dalam hubungan yang serasi antara kedua belah
pihak, terbina suasana persahabatan, tidak ada perselisihan, setiap ada masalah
bisa diselesaikan antara kedua belah pihak.
2.
Kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard
Paul Hersey dan K.H. Blanchard telah mengembangkan
suatu teori tentang gaya kepemimpinan situasional (situasional leadership
theory). Teori ini menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (kesiapan dan kematangan) anggota organisasi
atau bawahan dalam menerima atau menolak pemimpin.
Berdasarkan tingkat kesiapan dan kematangan itu gaya
kepemimpinan dibagi menjadi empat perilaku:
a)
Telling Style (gaya mengatakan/ memerintah/
mengarahkan )
Gaya
ini berorientasi tinggi pada tugas dan rendah pada hubungan dengan anggota atau
bawahan.
b)
Selling Style (menawarkan/ menjual)
Gaya
kepemimpinan ini dilaksanakan dengan perilaku orientasi tugas dan hubungan yang
keduanya tinggi.
c)
Participating Style (gaya partisipasi)
Gaya
kepemimpinan ini dilaksanakan dengan orientasi pada tugas rendah dan hubungan dengan
anggota tinggi.
d)
Deligating Style (gaya pendelegasian wewenang)
Gaya
kepemimpinan ini dilaksanakan dengan orientasi tugas rendah dan hubungan dengan
anggota juga rendah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
uraian singkat makalah yang telah kelompok kami sajikan diatas, maka sebagai
kesimpulannya akan kami sampaikan beberapa hal diantaranya adalah sebagai
berikut:
Secara
garis besar kepemimpinan kontinum dipengaruhi oleh tiga bidang yaitu: bidang
pengaruh pimpinan, bidang pengaruh kebebasan bawahan, dan bidang situasi yang
mempengaruhi pembuatan keputusan. Ketiga hal tersebut berperan aktif terhadap
pemimpin dalam membuat keputusan.
Kepemimpinan grid, Dalam pendekatan managerial grid
ini, manajer berhubungan dengan 2 hal yakni produksi di satu pihak dan orang-orang
di pihak lain. Managerial Grid menekankan bagaimana manajer memikirkan produksi
dan hubungan manajer serta memikirkan produksi dan hubungan kerja dengan
manusianya. Bukannya ditekankan pada berapa banyak produksi harus dihasilkan,
dan berapa banyak ia harus berhubungan dengan bawahan.
Kepemimpinan
tiga dimensi, Reddin menyatakan ada tiga pola dasar yang dapat dipergunakan
dalam menetapkan pola perilaku kepemimpinan, yaitu: Berorientasi pada tugas (task orriented),
Berorientasi pada hubungan (relationship orriented), Berorientasi pada
effektifitas (effectiveness orriented).
Kepemimpinan
situasional, Teori ini menyatakan bahwa keefektifan kepemimpinan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (kesiapan dan kematangan) anggota organisasi
atau bawahan dalam menerima atau menolak pemimpin
B. Penutup
Akhirnya
segala masukan dan kritik untuk perbaikan makalah ini selalu kami tunggu. Mohon
maaf atas ketidaksempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Tilaar. H.A.R. Kekuasaan
dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan,Jakarta:
Rineka Cipta, 2009.
Fattah, Nanang. Landasan
Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Agus Dharma, Gaya
Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Para Manager, Bandung: PT. Sinar Baru, 1984
Hadari Nawawi, Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006
[1] Agus Dharma, Gaya
Kepemimpinan Yang Efektif Bagi Para Manager, (Bandung: PT. Sinar Baru,
1984), Hlm.37
[2] Hadari Nawawi, Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2006), Hlm. 98
[3] Ibid, Hlm.100
[4] Ibid., Hlm. 87-90
[5] Ibid., Hlm. 97-98
[6] Ibid., hlm.94