Ilmu Pengetahuan_Ilmu
merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knowledge)
mempunyai berbagai cabang pengetahuan dan ilmu (scince) merupakan salah
satu cabang pengetahuan tersebut. Dalam arti, ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan. Karakteristik keilmuan itulah yang mencirikan hakekat keilmuan dan
sekaligus membedakan ilmu dari berbagai cabang pengetahuan yang lainnya. Atau
dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan pengetahuan menjadi
bersifat ilmiah. Dengan demikian sinonim dari ilmu merupakan pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge).
Pengetahuan diartikan secara luas
yang mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu objek. Pengetahuan
adalah terminologi generik yang mencakup segenap cabang pengetahuan seperti
seni, moral, dan ilmu. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut berdasarkan
kemampuannya selaku mahkluk yang berfikir, merasa, dan mengindera. Disamping
itu, manusia juga bisa mendapatkan pengetahuannya lewat intuisi dan wahyu dari
Tuhan yang disampaikan lewat pesuruhnya. Namun hal ini hanya terdapat di Islam,
karena secara umum Barat tidak mengakui cara-cara mendapatkan pengetahuan
diluar akal.
Rumusan Masalah
1.
Apakah ilmu pengetahuan itu?
2.
Bagaimana karakteristik ilmu
pengetahuan?
3.
Metode apa saja yang digunakan untuk
mencari ilmu pengetahuan?
4.
Bagaimana cara menyusun pengetahuan
sehingga dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah (ilmu pengetahuan)?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa ilmu
pengetahuan itu.
2.
Untuk mengetahui karakteristik ilmu
pengetahuan.
3.
Untuk mengetahui metode apa saja
yang digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan.
4.
Untuk mengetahui cara menyusun
pengetahuan sehingga dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah (ilmu
pengetahuan).
D. Manfaat Penulisan
1.
Manfaat bagi penulis, menambah
wawasan dan pengetahuan dalam membuat makalah.
2.
Dengan mempelajari makalah ini kita
dapat memberi gambaran awal tentang apakah sebenarnya ilmu pengetahuan itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Ilmu
pengetahuan diambil dari bahasa Inggris science, yang berasal dari
bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
Hal ini
berbeda menurut amsal bakhtiar, dimana antara ilmu dan pengetahuan terjadi
perbedaan dalam asal katanya. Ilmu berasal dari bahasa inggris science,
dan juga peralihan dari bahasa arab ‘ilm. tberasal dari bahasa Inggris.[1]
Dalam
diskusi ilmiah, ternyata masing-masing istilah tersebut memiliki kandungan
makna yang tidak sama, bukan karena tidak sama dalam asal katanya, tetapi
kandungan makna dan bobot kebenaran yang berbeda menurut para pengkaji.[2]
Ilmu
pengetahuan juga bisa dikatakan sebagai segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi
syarat-syarat tertentu dengan cara yang khas yaitu metodologi ilmiah. Atau
dengan kata lain ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang di dapat dengan
menggunakan cara-cara ilmiah.
B.
Karakteristik ilmu pengetahuan
Pengertian
Ilmu pengetahuan meliputi pengertian “tahu”, “mengetahui”, dan “pengetahuan”. Pertama,
ilmu pengetahuan merupakan suatu keadaan seseorang. Kedua, ilmu pengetahuan
merupakan kecakapan untuk mengetahui secara tersusun (sistematis). Dalam hal
ini, mencakup suatu aksi atau tindakan, dan suatu usaha. Seorang ahli dalam
ilmu tertentu harus sanggup menggunakan pengertian-pengertian ilmu pengetahuan.
Ia harus sanggup berpikir dan berbuat atas dasar ilmu pengetahuan tersebut.
Penelitian atau riset menuntut kecakapan itu. Ketiga, ilmu pengetahuan
merupakan pengetahuan tersusun, yaitu susunan dari rumusan pendapat-pendapat
tertentu.[3]
Ilmu
Pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut the liang gie (1987), mempunyai
lima ciri pokok:
1.
Empiris, pengetahuan itu diperoleh
berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2.
Sistematis, berbagai keterangan dan
data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan
ketergantungan dan teratur.
3.
Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu
bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4.
Analitis, pengetahuan ilmiah
berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk
memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5.
Verifikatif, dapat diperiksa
kebenarannya oleh siapapun juga.
Ilmu
pengetahuan menurut Islam
Apa yang
dikatakan ilmu menurut orang Islam dan sains menurut orang barat dan non barat,
sebenarnya merupakan sesuatu yang berbeda dari segi sumber maupun
konsekuensi-konsekuensinya.
Sains dalam
konteks islam tidak menghasilkan kebenaran yang absolut. Istilah yang paling
tepat untuk mendefinisikan pengetahuan adalah al ‘ilm, karena memiliki
dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah
wahyu atau al-Qur’an yang mengandung kebenaran absolut. Kedua, bahwa
metode mempelajari pengetahuan yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama
valid; semuanya menghasilkan bagian dari satu kebenaran dan realitas yang sangat bermanfaat untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapi.[4]
Keunggulan
dari al’ilm justru lebih kuat dibandingkan dengan sains versi barat,
dimana sandaran al’ilm justru berasal dari sumber yang transenden yaitu
al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Tuhan Yang Maha Berilmu. Dan ini sangat
berbeda dengan sains barat yang hanya menggunakan kekuatan akal untuk mencapai
suatu kebenaran, dimana kebenarannya hanya bersifat relatif, nisbi, tidak
absolut.
Agama Islam
memiliki potensi untuk senantiasa aktual sepanjang jaman. Bila dikaji secara
lebih mendalam al-Qur’an mempunyai lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan
Perjanjian Baru, misalnya, karena ayat-ayat al-Qur’an banyak bersifat simbolis
atau samar, maka hal tersebut menjadi lebih mudah untuk ditafsirkan dari jaman
ke jaman sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga pertentangan antara kemajuan
ilmu dengan ayat-ayat al-Qur’an secara relatif, jauh lebih mudah diselesaikan
karena ayat-ayat tersebut memang menawarkan celah-celah yang dapat dimasuki
oleh perkembangan sains. Dengan demikian, pengetahuan bisa tetap berkembang
tanpa harus bertentangan dengan al-Qur’an.[5]
Karakteristik
ilmu pengetahuan dalam perspektif islam
Secara keseluruhan, pandangan islam dan barat tidak
seumuanya berbenturan. Ada segi-segi tertentu yang menjadi persamaan
perbedaannya. Dalam hal persamaannya misalnya, indera diakui oleh islam sebagai
salah satu media mendapatkan pengetahuan, namun berkaitan dengan akal yang
merupakan salah satu bagian untuk mendapatkan data-data dalam membentuk suatu
pengetahuan, tidak lepas dari kekeliruan dalam melakukan pengamatan. Akal
sebagai mana yang diagung-agungkan barat sebagai media mendapatkan pengetahuan
secara mutlak ternyata mempunyai banyak keterbatasan. Sebagaimana akal akan
mengalami kesulitan dalam menjelaskan hal yang diluar kemampuan mereka,
misalnya tentang ruh, hal-hal gaib, dan sebagainya.[6]
Oleh karena keterbatas indera dan akal, akhirnya
ilmu dalam islam dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut
juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari Allah melalui wahyu
yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw.
Karakteristik ilmu pengetahuan Islam menurut mujamil
qomar diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bersandarkan
pada kekuatan spiritual
2. Hubungan
yang harmonis antara wahyu dan akal
3. Interdependensi
akal dengan intuisi
4. Memiliki
orientasi teosentris
5. Terikat
nilai
C.
Metode dalam mencari ilmu
pengetahuan
a.
Rasionalisme
Paham ini berpendirian bahwa sumber
pengetahuan terletak pada akal (rasio). Kebenaran dan kesesatan pada dasarnya
terletak di dalam gagasan manusia, bukan dalam diri barang sesuatu. Kebenaran
hanya ada dalam pikiran kita, dan hanya dapat diperoleh melalui akal budi.
Pengalaman tidak diingkari tetapi ia hanya sebagai perangsang pikiran.
Descartes merupakan bapak rasionalisme yang berusaha menemukan kebenaran
(pengetahuan) dengan menggunakan metode berfikir deduktif. Dengan metode ini
dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.
Pengalaman dipandang sebagai hal
yang tidak mengandung nilai. Manusia mencari pengalaman sebagai pelengkap/
pembantu dalam usaha berfikir untuk mencari kebenaran. Pengetahuan merupakan
hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul
dari indera manusia, bahkan dengan ingatan dan angan-angannya. Pengetahuan
tidak menghasilkan prinsip. Hanya dengan mengetahui prinsip-prinsip yang
diperoleh lewat penalaran, kita dapat mengerti berbagai kejadian yang berlaku
dalam kehidupan kita ini.
b.
Empirisme
John Locke
sebagai salah satu tokoh empirisme dengan teori “tabula rasa” menekankan
pentingnya pengalaman. Pengetahuan diperoleh lewat pengalaman indera. Seluruh
pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan
gagasan-gagasan yang diperoleh dari penginderaan serta refleksinya. Akal
manusia hanya merupakan penampungan, yang secara pasif menerima penginderaan
kita.
Pengikut
empirisme yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada
pengalaman inderawi dan yang tak dapat dilacak secara demikian dinyatakan bukan
pengetahuan, sering disebut sebagai pengikut empirisme radikal. Pengetahuan
yang terkumpul cenderung hanya bersifat kumpulan fakta, yang belum tentu
konsisten, atau bahkan bisa bersifat kontradiktif. Kumpulan fakta belum
menjamin terjadinya pengetahuan yang sistematis.
Kaum empiris
menganggap fakta adalah nyata karena dapat ditangkap oleh indera. Namun, yang
sering kita tangkap adalah gejala dan kita sering tidak mengetahui kaitan
antara dua gejala di dalam suatu peristiwa. Kaitan sebab akibat sering tidak
dapat kita amati dengan indera, sehingga kita tidak bisa menjelaskan kaitan
sekedar dari penginderaan saja. Kaum empiris tidak dapat menjelaskan hakekat
pengalaman itu sendiri.
D.
Susunan ilmu pengetahuan
Metodologi merupakan
hal yang mengkaji urutan langkah-langkah yg ditempuh supaya pengetahuan yang
diperoleh memehuhi ciri-ciri ilmiah. Setiap penyelidikan ilmiah selalu diawali
dengan situasi masalah dan berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:[7]
1.
Perumusan masalah
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang
dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan, agar ilmuan
mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.
2.
Pengamatan dan pengumpulan data
Tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif,
kegiatan dilakukan dengan melalui pengamatan yang cermat yang selanjutnya
dituangkan dalam sebuah pernyatan-pernyataan.
3.
Pengamatan dan klasifikasi data
Dalam tahap ini ditekankan pada penyusunan fakta-fakta
dalam kelompok, jenis dan kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Dengan
klasifikasi, menganalisis, membandingkan dan membedakan data-data yang relevan.
4.
Perumusan pengetahuan (definisi)
Dalam tahap ini, ilmuwan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif.
Melalui analisis dan sintesis ini dilakukanlah generalisasi (kesimpulan umum).
Generalisasi merupakan pengetahuan umum yang dituangkan dalam pernyataan umum
(universal), dari sinilah terori terbentuk.
5.
Tahap ramalan (prediksi)
Pada tahap ini, deduksi mulai memainkan peranan. Dari
sini, teori yang sudah terbentuk tadi, diturunkan hipotesis baru. Dari
hipotesis baru ini melalui deduksi pula,
ilmuwan mulai menyusun implikasi logis
agar dapat mengadakan ramalan-ramalan tentang gejala yang perlu diteliti atau yang
masih terjadi.
6.
Pengujian kebenaran Hipotesis
(Verifikasi)
Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan melalui
pengamatan (observasi) terhadap fakta sebenarnya, atau melalui
percobaan-percobaan. Dan keputusan akhir terletak pada fakta, jika fakta tidak
mendukung hipotesis, maka hipotesis harus dibongkar dan diganti dengan
hipotesis lain. Dan seluruh kegiatan harus dimulai dari awal lagi. Hal ini
berarti data empiris merupakan penentu bagi benar tidaknya hipotesis.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dengan sedikit uraian tentang apa
ilmu pengetahuan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
ilmu pengetahuan secara sederhana dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang
diperoleh dengan cara-cara yang ilmiah.
Karakteristik pengetahuan penulis
ambil dari pendapat The Liang Gie, diantaranya adalah sebagai berikut: Empiris,
Sistematis, Objektif, Analitis, Verifikatif. Sedangkan
karakteristik ilmu pengetahuan Islam menurut mujamil qomar diantaranya adalah
sebagai berikut: Bersandarkan pada kekuatan spiritual, Hubungan yang harmonis
antara wahyu dan akal, Interdependensi akal dengan intuisi, Memiliki orientasi
teosentris, Terikat nilai.
Metode dalam mencari ilmu
pengetahuan ada dua yaitu metode rasional yaitu pengetahuan dapat dicapai
dengan menggunakan akal sebagai alat utama untuk mendapatkan pengetahuan, dan
metode empiris yang menekan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan mengandalkan
pengalaman yang diterima oleh panca indera manusia.
Untuk memenuhi syarat dikatakan sebagai suatu ilmu
pengetahuan, maka harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang tersusun sebagai
berikut: Perumusan masalah,Pengamatan dan pengumpulan data, Pengamatan dan
klasifikasi data, Perumusan pengetahuan (definisi), Tahap ramalan (prediksi), Pengujian
kebenaran Hipotesis (Verifikasi).
B. Saran
Demikianlah
makalah ini, semoga menjadi bahan yang bermanfaat serta dapat menjadi bahan
pelajaran bagi kita semua. Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta:
Rajagrafindo Persada,2011
Filsafat Ilmu Dan
Perkembangannya Di Indonesia , (belum terdeteksi
pengarang dan penerbitnya)
Qomar, Mujamil,
Epistemologi Endidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005
Stanton, Charles M., Teori
Pengetahuan Dan Peranannya Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Wiramihardja, Sutardjo
A., Pengantar Filsafat, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006
[1] Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011),
hlm. 89
[2] Mujamil Qomar, Epistemologi
Endidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005), Hlm. 104
[3] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar
Filsafat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm.107
[4] Ibid., hlm. 104
[5] Charles M. Stanton, Teori
Pengetahuan Dan Peranannya Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
[6] Mujamil qomar, Op. Cit.,
hlm. 125
[7] Filsafat Ilmu Dan
Perkembangannya Di Indonesia , (belum terdeteksi pengarang dan penerbitnya)
0 komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar Anda Disini