Sabtu, 15 Februari 2014

ILMU PENGETAHUAN

Ilmu Pengetahuan_Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri. Pengetahuan (knowledge) mempunyai berbagai cabang pengetahuan dan ilmu (scince) merupakan salah satu cabang pengetahuan tersebut. Dalam arti, ilmu merupakan bagian dari pengetahuan. Karakteristik keilmuan itulah yang mencirikan hakekat keilmuan dan sekaligus membedakan ilmu dari berbagai cabang pengetahuan yang lainnya. Atau dengan kata lain, karakteristik keilmuan menjadikan pengetahuan menjadi bersifat ilmiah. Dengan demikian sinonim dari ilmu merupakan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge).

Pengetahuan diartikan secara luas yang mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu objek. Pengetahuan adalah terminologi generik yang mencakup segenap cabang pengetahuan seperti seni, moral, dan ilmu. Manusia mendapatkan pengetahuan tersebut berdasarkan kemampuannya selaku mahkluk yang berfikir, merasa, dan mengindera. Disamping itu, manusia juga bisa mendapatkan pengetahuannya lewat intuisi dan wahyu dari Tuhan yang disampaikan lewat pesuruhnya. Namun hal ini hanya terdapat di Islam, karena secara umum Barat tidak mengakui cara-cara mendapatkan pengetahuan diluar akal.

               Rumusan Masalah
1.      Apakah ilmu pengetahuan itu?
2.      Bagaimana karakteristik ilmu pengetahuan?
3.      Metode apa saja yang digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan?
4.      Bagaimana cara menyusun pengetahuan sehingga dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah (ilmu pengetahuan)?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa ilmu pengetahuan itu.
2.      Untuk mengetahui karakteristik ilmu pengetahuan.
3.      Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan.
4.      Untuk mengetahui cara menyusun pengetahuan sehingga dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah (ilmu pengetahuan).

D.    Manfaat Penulisan
1.      Manfaat bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat makalah.
2.      Dengan mempelajari makalah ini kita dapat memberi gambaran awal tentang apakah sebenarnya ilmu pengetahuan itu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Inggris science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
Hal ini berbeda menurut amsal bakhtiar, dimana antara ilmu dan pengetahuan terjadi perbedaan dalam asal katanya. Ilmu berasal dari bahasa inggris science, dan juga peralihan dari bahasa arab ‘ilm. tberasal dari bahasa Inggris.[1]
Dalam diskusi ilmiah, ternyata masing-masing istilah tersebut memiliki kandungan makna yang tidak sama, bukan karena tidak sama dalam asal katanya, tetapi kandungan makna dan bobot kebenaran yang berbeda menurut para pengkaji.[2]
Ilmu pengetahuan juga bisa dikatakan sebagai segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara yang khas yaitu metodologi ilmiah. Atau dengan kata lain ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang di dapat dengan menggunakan cara-cara ilmiah.

B.     Karakteristik ilmu pengetahuan
Pengertian Ilmu pengetahuan meliputi pengertian “tahu”, “mengetahui”, dan “pengetahuan”. Pertama, ilmu pengetahuan merupakan suatu keadaan seseorang. Kedua, ilmu pengetahuan merupakan kecakapan untuk mengetahui secara tersusun (sistematis). Dalam hal ini, mencakup suatu aksi atau tindakan, dan suatu usaha. Seorang ahli dalam ilmu tertentu harus sanggup menggunakan pengertian-pengertian ilmu pengetahuan. Ia harus sanggup berpikir dan berbuat atas dasar ilmu pengetahuan tersebut. Penelitian atau riset menuntut kecakapan itu. Ketiga, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan tersusun, yaitu susunan dari rumusan pendapat-pendapat tertentu.[3]
Ilmu Pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut the liang gie (1987), mempunyai lima ciri pokok:
1.    Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2.    Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3.    Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4.    Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5.    Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun juga.

Ilmu pengetahuan menurut Islam
Apa yang dikatakan ilmu menurut orang Islam dan sains menurut orang barat dan non barat, sebenarnya merupakan sesuatu yang berbeda dari segi sumber maupun konsekuensi-konsekuensinya.
Sains dalam konteks islam tidak menghasilkan kebenaran yang absolut. Istilah yang paling tepat untuk mendefinisikan pengetahuan adalah al ‘ilm, karena memiliki dua komponen. Pertama, bahwa sumber asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau al-Qur’an yang mengandung kebenaran absolut. Kedua, bahwa metode mempelajari pengetahuan yang sistematis dan koheren semuanya sama-sama valid; semuanya menghasilkan bagian dari satu kebenaran dan realitas  yang sangat bermanfaat untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.[4]
Keunggulan dari al’ilm justru lebih kuat dibandingkan dengan sains versi barat, dimana sandaran al’ilm justru berasal dari sumber yang transenden yaitu al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Tuhan Yang Maha Berilmu. Dan ini sangat berbeda dengan sains barat yang hanya menggunakan kekuatan akal untuk mencapai suatu kebenaran, dimana kebenarannya hanya bersifat relatif, nisbi, tidak absolut.
Agama Islam memiliki potensi untuk senantiasa aktual sepanjang jaman. Bila dikaji secara lebih mendalam al-Qur’an mempunyai lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan Perjanjian Baru, misalnya, karena ayat-ayat al-Qur’an banyak bersifat simbolis atau samar, maka hal tersebut menjadi lebih mudah untuk ditafsirkan dari jaman ke jaman sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga pertentangan antara kemajuan ilmu dengan ayat-ayat al-Qur’an secara relatif, jauh lebih mudah diselesaikan karena ayat-ayat tersebut memang menawarkan celah-celah yang dapat dimasuki oleh perkembangan sains. Dengan demikian, pengetahuan bisa tetap berkembang tanpa harus bertentangan dengan al-Qur’an.[5]

Karakteristik ilmu pengetahuan dalam perspektif islam
Secara keseluruhan, pandangan islam dan barat tidak seumuanya berbenturan. Ada segi-segi tertentu yang menjadi persamaan perbedaannya. Dalam hal persamaannya misalnya, indera diakui oleh islam sebagai salah satu media mendapatkan pengetahuan, namun berkaitan dengan akal yang merupakan salah satu bagian untuk mendapatkan data-data dalam membentuk suatu pengetahuan, tidak lepas dari kekeliruan dalam melakukan pengamatan. Akal sebagai mana yang diagung-agungkan barat sebagai media mendapatkan pengetahuan secara mutlak ternyata mempunyai banyak keterbatasan. Sebagaimana akal akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan hal yang diluar kemampuan mereka, misalnya tentang ruh, hal-hal gaib, dan sebagainya.[6]
Oleh karena keterbatas indera dan akal, akhirnya ilmu dalam islam dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari Allah melalui wahyu yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw.
Karakteristik ilmu pengetahuan Islam menurut mujamil qomar diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Bersandarkan pada kekuatan spiritual
2.    Hubungan yang harmonis antara wahyu dan akal
3.    Interdependensi akal dengan intuisi
4.    Memiliki orientasi teosentris
5.    Terikat nilai

C.     Metode dalam mencari ilmu pengetahuan
a.    Rasionalisme
Paham ini berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal (rasio). Kebenaran dan kesesatan pada dasarnya terletak di dalam gagasan manusia, bukan dalam diri barang sesuatu. Kebenaran hanya ada dalam pikiran kita, dan hanya dapat diperoleh melalui akal budi. Pengalaman tidak diingkari tetapi ia hanya sebagai perangsang pikiran. Descartes merupakan bapak rasionalisme yang berusaha menemukan kebenaran (pengetahuan) dengan menggunakan metode berfikir deduktif. Dengan metode ini dapat disimpulkan semua pengetahuan kita.
Pengalaman dipandang sebagai hal yang tidak mengandung nilai. Manusia mencari pengalaman sebagai pelengkap/ pembantu dalam usaha berfikir untuk mencari kebenaran. Pengetahuan merupakan hasil kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indera manusia, bahkan dengan ingatan dan angan-angannya. Pengetahuan tidak menghasilkan prinsip. Hanya dengan mengetahui prinsip-prinsip yang diperoleh lewat penalaran, kita dapat mengerti berbagai kejadian yang berlaku dalam kehidupan kita ini.
b.    Empirisme
John Locke sebagai salah satu tokoh empirisme dengan teori “tabula rasa” menekankan pentingnya pengalaman. Pengetahuan diperoleh lewat pengalaman indera. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan dan membandingkan gagasan-gagasan yang diperoleh dari penginderaan serta refleksinya. Akal manusia hanya merupakan penampungan, yang secara pasif menerima penginderaan kita.
Pengikut empirisme yang berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi dan yang tak dapat dilacak secara demikian dinyatakan bukan pengetahuan, sering disebut sebagai pengikut empirisme radikal. Pengetahuan yang terkumpul cenderung hanya bersifat kumpulan fakta, yang belum tentu konsisten, atau bahkan bisa bersifat kontradiktif. Kumpulan fakta belum menjamin terjadinya pengetahuan yang sistematis.
Kaum empiris menganggap fakta adalah nyata karena dapat ditangkap oleh indera. Namun, yang sering kita tangkap adalah gejala dan kita sering tidak mengetahui kaitan antara dua gejala di dalam suatu peristiwa. Kaitan sebab akibat sering tidak dapat kita amati dengan indera, sehingga kita tidak bisa menjelaskan kaitan sekedar dari penginderaan saja. Kaum empiris tidak dapat menjelaskan hakekat pengalaman itu sendiri.

D.    Susunan ilmu pengetahuan
Metodologi merupakan hal yang mengkaji urutan langkah-langkah yg ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memehuhi ciri-ciri ilmiah. Setiap penyelidikan ilmiah selalu diawali dengan situasi masalah dan berlangsung dalam tahap-tahap sebagai berikut:[7]
1.    Perumusan masalah
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan, agar ilmuan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.
2.    Pengamatan dan pengumpulan data
Tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif, kegiatan dilakukan dengan melalui pengamatan yang cermat yang selanjutnya dituangkan dalam sebuah pernyatan-pernyataan.
3.    Pengamatan dan klasifikasi data
Dalam tahap ini ditekankan pada penyusunan fakta-fakta dalam kelompok, jenis dan kelas tertentu berdasarkan sifat yang sama. Dengan klasifikasi, menganalisis, membandingkan dan membedakan data-data yang relevan.
4.    Perumusan pengetahuan (definisi)
Dalam tahap ini, ilmuwan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif. Melalui analisis dan sintesis ini dilakukanlah generalisasi (kesimpulan umum). Generalisasi merupakan pengetahuan umum yang dituangkan dalam pernyataan umum (universal), dari sinilah terori terbentuk.
5.    Tahap ramalan (prediksi)
Pada tahap ini, deduksi mulai memainkan peranan. Dari sini, teori yang sudah terbentuk tadi, diturunkan hipotesis baru. Dari hipotesis baru ini  melalui deduksi pula, ilmuwan mulai menyusun  implikasi logis agar dapat mengadakan ramalan-ramalan tentang gejala yang perlu diteliti atau yang masih terjadi.
6.    Pengujian kebenaran Hipotesis (Verifikasi)
Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan melalui pengamatan (observasi) terhadap fakta sebenarnya, atau melalui percobaan-percobaan. Dan keputusan akhir terletak pada fakta, jika fakta tidak mendukung hipotesis, maka hipotesis harus dibongkar dan diganti dengan hipotesis lain. Dan seluruh kegiatan harus dimulai dari awal lagi. Hal ini berarti data empiris merupakan penentu bagi benar tidaknya hipotesis.











BAB III



PENUTUP


A.     Simpulan
Dengan sedikit uraian tentang apa ilmu pengetahuan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan secara sederhana dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara yang ilmiah.
Karakteristik pengetahuan penulis ambil dari pendapat The Liang Gie, diantaranya adalah sebagai berikut: Empiris, Sistematis, Objektif, Analitis, Verifikatif. Sedangkan karakteristik ilmu pengetahuan Islam menurut mujamil qomar diantaranya adalah sebagai berikut: Bersandarkan pada kekuatan spiritual, Hubungan yang harmonis antara wahyu dan akal, Interdependensi akal dengan intuisi, Memiliki orientasi teosentris, Terikat nilai.
Metode dalam mencari ilmu pengetahuan ada dua yaitu metode rasional yaitu pengetahuan dapat dicapai dengan menggunakan akal sebagai alat utama untuk mendapatkan pengetahuan, dan metode empiris yang menekan bahwa pengetahuan dapat dicapai dengan mengandalkan pengalaman yang diterima oleh panca indera manusia.
Untuk memenuhi syarat dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang tersusun sebagai berikut: Perumusan masalah,Pengamatan dan pengumpulan data, Pengamatan dan klasifikasi data, Perumusan pengetahuan (definisi), Tahap ramalan (prediksi), Pengujian kebenaran Hipotesis (Verifikasi).

B.     Saran
Demikianlah makalah ini, semoga menjadi bahan yang bermanfaat serta dapat menjadi bahan pelajaran bagi kita semua. Penulis juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA


Bakhtiar, Amsal. Filsafat  Ilmu, Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011
Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia , (belum terdeteksi pengarang dan penerbitnya)
Qomar, Mujamil, Epistemologi Endidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005
Stanton, Charles M., Teori Pengetahuan Dan Peranannya Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Wiramihardja, Sutardjo A., Pengantar Filsafat, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006


[1] Amsal Bakhtiar. Filsafat  Ilmu, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2011), hlm. 89
[2] Mujamil Qomar, Epistemologi Endidikan Islam Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005), Hlm. 104
[3] Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Filsafat, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm.107
[4] Ibid., hlm. 104
[5] Charles M. Stanton, Teori Pengetahuan Dan Peranannya Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
[6] Mujamil qomar, Op. Cit., hlm. 125
[7] Filsafat Ilmu Dan Perkembangannya Di Indonesia , (belum terdeteksi pengarang dan penerbitnya)


















0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Disini